Jakarta International Customer Service Institute (JICSI)

BUDAYA UNGGULAN RUMAH SAKIT MELALUI PATIENT CENTERED CARE (PCC) UNTUK MEMENANGKAN PERSAINGAN

Oleh : Rudyanto HP Manullang, Ph.D., M.P.H

Salah satu strategi keunggulan rumah sakit untuk memenangkan persaingan adalah melalui pengembangan Budaya organisasi yang mereka miliki, untuk rumah sakit tentunya  budaya organisasi yang berpusat pada pasien , atau yang sering dikenal sekarang ini patient center care.

Apa yang dimaksud dengan Patient-Centered Care (PCC) adalah Pendekatan dalam memberikan layanan kesehatan yang menjadikan pasien sebagai pusat untuk membuat suatu  keputusan, dengan menghormati kebutuhan, preferensi, nilai, dan hak pasien, serta melibatkan mereka dalam proses perawatan.

Patient Centered Care (PCC) berbeda denga Patient Experience (PX), karena Patient Experience adalah Bagaimana pasien merasakan pengalaman tersebut, termasuk aspek emosional, kenyamanan, dan kepuasan. Patient Centered Care adalah lebih bersifat strategis dan berbasis nilai (value-driven)  melibatkan desain sistem pelayanan, kebijakan, serta budaya organisasi. Sementara Patient Experience adalah lebih bersifat taktis dan operasional (experience-driven) fokus pada interaksi nyata dan momen-momen pelayanan (touchpoints).

Pengembangan Budaya yang di maksudkan di sini adalah mengembangkan nilai nilai yang di anut oleh seluruh anggota organisasi pada rumah sakit tersebut yang berbasis Patient Centered Care (PCC). Dan melalui pengembangan Budaya ini nantinya akan menjadi identitas dari suatu organisasi rumah sakit tersebut yang membedakan rumah sakit yang satu dengan rumah sakit yang lain. Tanpa budaya yang jelas ibarat seseorang tanpa identitas yang jelas juga

Tentunya untuk membangun budaya rumah sakit yang berorientasi pada Patient Centered Care (PCC) bukan hanya sekadar untuk memperbaiki layanan medis yang terjadi hanya pada front line saja, tapi menciptakan suatu  lingkungan di mana setiap interaksi yang dilakukan oleh seluruh anggota organisasi atau medis dan paramedis pada rumah sakit   mulai dari registrasi hingga pemulangan pasien akan menjadi suatu pengalaman yang menarik, manusiawi, empatik, dan bermakna bagi pasien tersebut.

Jika kita mengacu pada  defenisi Budaya Organisasi itu:  Budaya organisasi adalah nilai-nilai, keyakinan, norma, kebiasaan, simbol, serta cara berpikir dan berperilaku yang dianut bersama oleh anggota organisasi dan yang membentuk cara mereka bekerja serta berinteraksi satu sama lain.

Dengan kata lain, budaya organisasi adalah suatu“kepribadian” suatu organisasi, yang mencerminkan bagaimana segala sesuatu dilakukan di tempat tersebut mulai dari cara berpakaian, cara berkomunikasi, perilaku,  hingga bagaimana membuat suatu keputusan.

Contoh Praktis

Seorang pasien stroke yang baru keluar dari rumah sakit :

  • Pasien mendapatkan terapi fisik dari fisioterapis.
  • Dokternya memantau tekanan darah dan pemberian obat antikoagulan
  • Ahli gizi mengatur pola makan untuk pemulihan optimal.
  • Koordinator klinik mengatur jadwal kunjungan dan komunikasi antar tim.
  • Melakukan dukungan emosional dan psikologis
  • Mengurangi rasa takut dan kecemasan pasien melalui pendekatan yang empatik dan suportif.
  • Memberikan kenyamanan fisik dan lingkungan yang aman
  • Memberikan perawatan yang memperhatikan kenyamanan pasien, termasuk pengelolaan nyeri dan privasi.
  • Melibatkan keluarga dan komunitas lainnya  
  • Melibatkan orang-orang terdekat pasien dalam proses perawatan untuk mendukung kesembuhan.
  • Akses terhadap pelayanan yang adil dan berkualitas
  • Memastikan bahwa semua pasien diperlakukan sama, tanpa memandang latar belakang, mendapatkan perawatan yang setara dan bermutu.
  •  

Nilai Tambahan sebagai pendukung pasien

  • Memberikan edukasi dan dukungan agar pasien mampu menjaga Kesehatan sendiri.
  • Pasien di ajak untuk berpartisipasi menjadi mitra terkait dengan perawatan yang diberikan bukan hanya penerima layanan.

Untuk melihat keberhasilan budaya rumah sakit berbasis Patient Center Care dapat dilakukan melalui kualitas kolaborasi, tingkat keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan, serta kesesuaian layanan dengan nilai dan preferensi pasien. Berbeda dengan Patient Experience yang bisa di ukur melalui survei kepuasan pasien, Net Promoter Score (NPS), feedback, dan pengalaman mereka selama perjalanan perawatan.

Dalam ilmu psikologi sering kita mendengar bahwa kepribadian seseorang mempengaruhi kesuksesan seseorang. Hal ini karena pancaran dari pola pikir seseorang yang tercermin melalui attitude seseorang. 

aaa-1 copy

Kepribadian layaknya bisa dibentuk melalui pembentukan budaya organisasi. Budaya organiasi inilah yang akan menjadi DNA suatu organisasi.


Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai nilai yang berpusat pada pasien centered care (PCC) adalah prinsip-prinsip yang akan menempatkan kebutuhan, preferensi, dan hak pasien sebagai pusat dari seluruh proses pelayanan Kesehatan yang dilakukan oleh anggota organisasi pada suatu rumah sakit. Bertujuan untuk menciptakan pengalaman perawatan yang lebih manusiawi, efektif, dan bermakna bagi pasien.


Suatu Rumah sakit yang menghormati nilai dan pilihan pasien adalah rumah sakit yang menyadari bahwa setiap pasien memiliki keyakinan, budaya, dan harapan yang unik.  Personalitas dan keunikan pasien harus diakui sepenuhnya.


Hal ini dapat terlihat juga melalui komunikasi yang efektif dan transparan untuk memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami agar pasien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.  Komunikasi yang efektif dan transparan merupakan fondasi utama dalam menciptakan hubungan yang saling percaya antara pasien dan tenaga kesehatan. Nilai ini bukan sekedar slogan, tetapi tentang bagaimana pihak dokter dan para medis menyampaikan informasi dengan empati, kejelasan, dan niat untuk memberdayakan pasien. 


Dengan mengkomunikasikan dengan jelas informasi medis diagnosa, pilihan terapi, efek samping, hingga biaya semuanya harus dijelaskan dengan bahasa yang mudah untuk dimengerti oleh pasien, tanpa menggunakan istilah medis yang membingungkan. Kesediaan mendengar dan menjawab pertanyaan pasien, komunikasi dua arah penting agar pasien merasa dihargai dan tidak takut bertanya. Transparansi dalam risiko dan alternatif tindakan Pasien harus di informasikan manfaat dan risiko dari setiap pilihan, serta memahami bahwa pasien tersebut memiliki hak untuk memilih berdasarkan informasi tersebut. Penyampaian dengan empati, sikap  dan Bahasa tubuh , dan nada bicara sangat menentukan apakah informasi tersebut terasa membangun atau malah menakutkan.

Kesimpulan


Membangun budaya rumah sakit yang berpusat pada pasien (patient-centered care) berarti menjadikan kebutuhan, harapan, dan pengalaman pasien sebagai pusat dari seluruh layanan dan pengambilan keputusan di rumah sakit. Hal ini tidak hanya terkait dengan pelayanan medis, tetapi juga mencakup komunikasi, lingkungan, sistem manajemen, hingga budaya kerja seluruh staf yang ada dalam rumah sakit.

 

Sumber

Gerteis, M., Edgman-Levitan, S., Daley, J., & Delbanco, T. L. (Eds.). (2002). Through the Patient’s Eyes: Understanding and Promoting Patient-Centered Care. Wiley.

EBSCO


Institute of Medicine
(IOM). (2001). Crossing the Quality Chasm: A New Health System for the 21st
Century. Washington, DC: National Academies Press.

Wikipedia

 

Artikel Review dan Analisis Konseptual

Mead, N., & Bower, P. (2000). Patient-centredness: a conceptual framework and review of theempirical literature. [Direferensikan dalam studi scoping review]

BioMed Central

PubMed

 

Constand, M. K., MacDermid, J. C., Dal Bello-Haas, V., et al. (2014). Scoping review of patient-centered care approaches in healthcare. BMC Health Services Research, 14, 271.

BioMed Central

 

Raj, M., Platt, J. E., Anthony, D., Fitzgerald, J. T., & Lee, S.-Y. (2021). What Does “Patient-Centered” Mean? Qualitative Perspectives from Older Adults and Family Caregivers. Gerontology and Geriatric Medicine, 7.

SAGE Journals

 

Walker, L. O., & Avant, K. C.’s method: digunakan dalam A concept analysis of patient-centered care (2013). Journal of Advanced Nursing.